Langsung ke konten utama

An Other Heart - Baca Novel Free



Judul                        : An Other Heart
Pengarang              : T. Andar
Halaman                 : 427
Penerbit                  : Laksana

Betapa addictednya gue dengan novel ini. Awal baca novel ini pas masa SMA, lagi lihat-lihat novel diperpus sekolah ketemu ini novel, dan ketika baca beberapa halaman langsung gue putuskan untuk meminjamnya. Buku ini membuat gue sulit untuk meletakkannya sebelum rampung. Gue terbawa dengan alur ceritanya yang membuat gue terhanyut. Dan ketika harus memulangkannya dengan berat hati gue melangkah keperpus.
Ketika gue memutuskan untuk membeli Novel ini, ternyata ditoko buku udah ngga ada lagi stocknya. Setiap ketoko buku pasti nyarinya novel ini. Alhasil ketika belum memiliki buku ini, gue selalu melirik buku berwarna hijau disetiap toko buku selama 6 tahun terakhir, hanya untuk memastikan masih ada ngga sih cetakan buku ini. Kebayang gimana gue begitu addictednya sama novel satu ini. dan penantian ngga sia-sia, saat searching novel ini januari kemarin, gue melihat toko buku yang menyediakan novel ini diaplikasi jual beli online. Dan hanya satu-satunya stock yang tersedia. Tanpa pikir panjang langsung taken dan voilaaa setelah 6 tahun lamanya novel ini became mineee..
Dan untuk temen gue yang ngga kebagian stocknya, mungkin akan gue share perBab ceritanya disaat gue ada waktu luang. selain karena gue fans banget sama penulisnya, juga karena gue mau berbagi apa yang menjadi kesukaan gue diblog gue ini..
langsung aja,


BAB 1
            Makan malam hampir selesai saat Alex muncul dengan gitar dipunggungnya. Semuanya menoleh kearahnya, tapi tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Alex tersenyum dan mengangkat alisnya lalu mendekati kakaknya yang masih dikursi.
                “Hallo, Anndrrrea!” sapanya dan menunduk untuk mencium gadis itu.
                Andrea menjauhkan wajahnya dari Alex walau Alex masih bisa mencium pipinya. Dia bisa melihat adiknya yang dia anggap gila itu sedang bergembira.
                “Sepertinya kau sedang gembira….”
                Alex tersenyum nakal dan duduk tanpa menjawab.
                “Aku mau makan, Mom!”
                Mrs. Shelton tersenyum melihat Alex lalu beranjak mengambilkan piring untuknya.
                “Sepertinya ada sesuatu yang hebat, Alex?” Tanya Mrs. Shelton.
                 “Sangat hebat, Mom! O ya, aku ingin kentang yang banyak. Lagi… cukup… thanks, Mom.”
                Mr. Shelton mengelap mulutnya dan menatap Alex yang sedang lahap menyantap kentangnya.
                ”Sekarang katakan, walau aku yakin itu bukan sesuatu yang hebat untukku.”
                Alex mengedikkan bahunya.
                “Aku tahu Dad akan berkata seperti itu, tapi ini benar-benar hebat untukku,” Alex tersenyum-senyum senang.
                Mt. Shelton hanya mengangkat alisnya sambil meminum jusnya.
                “Kalian tahu? Demo bandku diterima dan sebentar lagi aku akan rekaman! Keren sekali, bukan? Uuu… yeahhh!!” Alex memperlihatkan punggung tangannya dengan mengangkat telunjuk dan kelingkingnya. Rock ‘n Roll!
                Mrs. Shelton Menoleh pada Alex dan tersenyum senang, bukan karena Alex dan bandnya akan rekaman, tetapi senang melihat Alex yang sedang bergembira. Andrea memukul pelan rambut adiknya yang berdiri, berwarna keemasan dengan sedikit warna perak. Sementara Mr. Shelton tidak bereaksi apa-apa. Lelaki itu haya meletakkan gelasnya dan kembali mengelap mulutnya.
                “Kau pikir siapa yang akan membeli lagu yang memekakkan telinga seperti itu?” Tanya Mr. Shelton sambil menatap Alex.
                “Yang jelas bukan Dad. Karena aku akan memberimu gratis, Dad!” jawab Alex dengan mata yang masih berbinar-binar.
                Andrea tersenyum mendengar gurauan Alex. Melihat ayah dan adiknya seperti melihat kutub utara dan selatan. Mr. Shelton adalah seorang yang serius, perfectionist, disiplin, dan baginya semua hal harus mempunyai alasan yang jelas, sementara Alex, orang yang sangat spontan, dia mempunyai pribadi yang menarik dan gila. Alex adalah seorang hiperaktif yang tidak bisa diam untuk beberapa menit saja. Selalu saja ada ketukan yang dibuat di benda-benda disekelilingnya dan baru 3 tahun yang lalu dia berhenti bicara dengan teman hayalannya.  Tetapi Mr. Shelton dan Alex bisa menghabiskan waktu berjam-jam kalau sedang mengobrol. Sesuatu yang luar biasa bagaimana dua pribadi yang amat berbeda bisa menghabiskan jam-jam bersama.
                “Perusahaanku tidak akan mengiklankan album seperti itu,” kata Mr. Shelton tanpa ekspresi.
                “Dad tidak benar-benar mengatakannya, kan?” jawab Alex.
                Mr. Shelton adalah seorang direktur diperusahaan periklanan miliknya sendiri. Dua tahun yang lalu Andrea juga bekerja disana. Mr. Shelton sangat membanggakan putrinya, tapi dia harus sedikit mengerutkan alisnya kalau melihat anak lelakinya. Dia tidak setuju Alex menjadi seorang musisi. Menurutnya menjadi seorang pemusik hanyalah hal yang tidak berguna. Dia lebih menyukai kalau Alex akan menggantikan posisinya suatu hari nanti.
                Alex sama sekali tidak menyukai bisnis ayahnya. Dan tentu saja dia tidak setuju dengan usul ayahnya yang menginginkan dirinya untuk menggantikan posisi ayahnya suatu hari nanti. Menjadi pemusik adalah impiannya sejak dulu. Hubungan Alex dengan ayahnya sempat memburuk untuk beberapa bulan, sampai akhirnya Mr. Shelton luluh karena bujukan istrinya dan juga Andrea. Dia juga tidak melarangnya dengan satu syarat, Alex harus kuliah. Mr. Shelton sangat bersikeras tentang pendidikan anak-anaknya. Salah satu penyebab buruknya hubangan Alex dengannya adalah saat Alex lulus dari sekolahnya, dia mengatakan dia tidak ingin kuliah, dia hanya ingin bermusik. Walau akhirnya Alex menyetujui untuk kuliah, tetapi dia juga tidak ingin membuang-buang waktunya begitu saja dengan mengikuti saran ayahnya untuk memilih manajemen.Alex akhirnya memilih musik walaupun lagi-lagi ibu dan kakaknya harus berusaha keras membujuk ayahnya agar menyutujui bidang yang dipilihnya.
                Dan sekarang semua terlihat baik-baik saja. Mr. Shelton lebih bisa menerima apa yang tidak sesuai  dengan keinginannya.Dia juga membantu Alex untuk membeli gitar baru saat uang kerja paruh waktunya tidak cukup. Tentu saja Mr. Shelton tidak mengatakan pada Alex bahwa uang itu untuk membeli gitar baru. Dia hanya mengatakan bahwa perusahaan sedang berjalan bagus. Sementara, Alex sendiri tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia tahu kalu perusahaan berjalan seperti bulan-bulan sebelumnya, tapi dia tidak ingin mengutarakan hal tersebut untuk menjaga perasaan ayahnya.
                Sekarang Mr. Shelton lebih bisa menerima kalau Alex tidak bisa diharapkan untuk menggantikan posisinya. Dia tahu Andrea akan menuruti semua yang dia katakan, termasuk menggantikan posisinya memimpin perusahaan.
                “Semoga kau sukses, Mom senang mendengarnya.”
                “Thanks, Mom…. Mom juga akan mendapatkan CD gratisku nanti, kau juga Andrea!” suaranya terdengar masih bersemangat.
                Andrea hanya menarik bibirnya dan meminum juice-nya.
                “Kalau kau memerlukan sesuatu, katakan saja, Mom akan membantu sebisa Mom.”
                “Ooh… Mom baik sekali…. Terima Kasih, Mom.”
                “Kau memperlakukannya seperti anak kecil saja,”kata Mr. Shelton.
                “Aku ibunya, Bill.”
                “Tapi kau tidak perlu memanjakannya seperti itu, dia seorang laki-laki.”
                Laki-laki? Alex tersenyum mendengarnya. Dia suka ayahnya menyebutnya seorang laki-laki, bukan seorang anak laki-laki.
                Dan tentang ibunya, Alex sangat mencintainya.seperti kebanyakan ibu di dunia, Mrs. Shelton selalu menjadi tempat untuk mengatakan apapun. Mrs. Shelton adalah seorang professor. Dia mengajar bahasa Perancis. Bagi Alex, ia sangat beruntung mempunyai seorang ibu yang bekerja dengan dikelilingi anak muda. Dengan seperti itu, ibunya bisa menerima hal-hal gila yang ia lakukan karena Mrs. Shelton menghadapi anak-anak muda ditempatnya mengajar.
                “Aku sudah selesai, aku ke kamar dulu, selamat malam.”
                “Selamat Malam.” 
                Andrea bangkit dari kursinya dan beranjak menuju tangga untuk menuju kekamarnya.
***
                Andrea duduk didepan komputernya saat dia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya. Dia tahu betul siapa yang datang tanpa harus menoleh.
                “Perlu aku ajarkan apa arti privasi?”
                Alex tertawa kecil dan melompat ke tempat tidur kakaknya. Dia melipat tangannya dibelakang kepala sambil menatap Andrea.
                “Kapan kau mulai rekaman?” Tanya Adrea yang masih sibuk mengetik didepan komputernya.
                “Lusa.”
                Andrea tidak terlalu memperhatikan jawaban Alex. Alex masih menatap kakaknya dengan tersenyum. Andrea sangat cantik, menurutnya. Dibalik kacamata bening itu, ada mata hijau yang indah. Rambutnya coklat berkilau. Dia benar-benar sempurna untuk seorang wanita. Alex ingin menikahi wanita seperti itu suatu hari nanti. Alex sangat membanggakan kakaknya. Dia seorang wanita yang mandiri, berkemauan keras, tapi kadang muncul sisi lembut dan romantis dalam diri Andrea. Dia sering membuat puisi untuk adiknya dan Alex sering menjadikannya lirik untuk lagunya. Menurutnya puisi Andrea sangat indah. Dia tahu dari dulu Andrea suka menulis. Waktu kecil dia yang selalu membaca cerita-cerita yang dibuat Andrea.
                Andrea juga seorang yang keras kepala, dan hal itulah yang sering membuatnya mempunyai masalah dengan Alex, walau akhirnya Alex yang harus mengalah.
                Kadang Alex merasa kasihan melihat kakaknya. Andrea seorang wanita cantik yang kuno. Dia tidak tertarik dengan club, disco, bahkan dia jarang sekali pergi kepesta. Dia seperti robot. Dia tumbuh sesuai keinginan ayahnya. Mungkin Andrea sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkannya, karena dia selalu melakukan apa yang ayahnya putuskan untuknya.
                “Hey, Andrea. Kenapa kau tidak memakai lensa saja?”
                “Aku tidak begitu memerlukannya.”
                “Tapi kau terlihat tua kalau kau memakai kaca mata.”
                “Aku memang sudah tua.”
                Alex tertawa. Tentu saja dia tidak benar-benar mengatakannya. Dia hanya ingin menggoda Andrea. Tak ada orang yang mengatakan Andrea sudah tua dengan kaca mata bening itu. Semua orang akan mengakui kecantikannya. Walau Andrea tidak pernah mempedulikan kalau dirinya cantik. Andrea memakai kaca matanya hanya saat bekerja saja.
                Alex kembali terdiam menatap kakaknya.
                “Kau tahu Andrea? Kalau kau bukan kakakku aku pasti sudah menikahimu, bibirmu menggoda.”
                Lagi-lagi Andrea tidak memperhatikan kata-kata Alex. Dia mematikan komputernya dan melepas kaca matanya. Andrea bangkit, tetapi tidak melepas kaca matanya, dia mendekati meja didekatnya untuk mengambil kertas-kertas diatas meja lalu dia mulai membuka-bukanya, tapi akhirnya dia meletakkannya lagi. Andrea menoleh kearah Alex sekilas lalu mengambil sesuatu dari dalam lacinya.
                “Kalau kau bukan adikku, aku akan menendangmu keluar dari kamarku agar aku tidak melihat kekonyolanmu lagi.”
                “Ha… ha… ha….”
                Andrea mendekati Alex dan memberikan kertas di tangannya pada Alex. Sebuah puisi yang ditulisnya semalam.
                “Manis sekali,” kata Alex sambil menatap kertas ditangannya.
                Andrea duduk dikursi didekat tempat tidur dan mengambil remote di meja.
                “Kenapa kau tidak menerbitkannya saja? Pasti sdah menjadi beberapa buku kalau kau menerbitkannya.”
                Andrea tidak menjawab, dia hanya menatap adiknya.
                “Kalian dikontrak untuk berapa tahun?” Tanyanya sambil menghidupkan TV.
                “Empat tahun.”
                Andrea menoleh kearah Alex dan menatapnya.
                “Kau yakin dengan keputusanmu?”
                “Hm… hmm.”
                Alex bangun dan menata beberapa bantal untuk sandaran agar bisa melihat TV.
                “Setelah selesai akan langsung dibuat video klipnya.”
                “Pasti kau dan kekasihmu itu yang akan jadi pemeran utamanya.”
                “Siapa maksudmu…?! Keysha?”
                “Siapa lagi?” Andrea tersenyum kecil.
                “Kami hanya teman.”
                Andrea mengedikkan bahunya dan menarik bibirnya.
                “Hey, aku mengatakan yang sebenarnya!”
                “Aku juga tidak mengatakan kalau kau berbohong.”
                “Tapi wajahmu mengatakan seperti itu.”
                “Well… menurutku dia cantik….”
                Alex memutar bola matanya.
                Keysha adalah pemain bas dalam bandnya. Band mereka terbentuk saat masih sekolah. Semua anggotanya dulu bersekolah di sekolah yang sama.
                “Ooh….”
                Alex melompat dari tempat tidur dan berlari menuju kekamar mandi. Sebentar kemudian, dia keluar sambil mengancingkan celana kebesarannya. Celana yang besar memang.
                “Aku rasa celanamu itu bisa memuat tiga orang.”
                “Kalau begitu masuk saja kecelanaku sebelum aku selesai mengancingkannya.” Goda Alex.
                Andrea hanya meliriknya kesal.
                “Sudah malam, Alex, aku ingin tidur.”
                “Boleh aku tidur disini?” Alex mengangkat-angkat alisnya.
                “Kau bisa memakai kaca mataku untuk memastikan kalau aku bukan keysha.”
                “Kau!!!”
                Andrea tersenyum.
                “Selamat malam.”
                Alex menghela nafas kesal, karena dia masih ingin mengobrol banyak dengan kakaknya.
                “Selamat malam.” akhirnya dia keluar dan menutup pintu.
                Andrea mulai mematikan TV dan mulai merebahkan dirinya di tempat tidurnya.

***
Hope you like it, maaf dengan typonya ya guys, sampai jumpa di Bab 2 (>,<)


Komentar

  1. Huhuhu. Kak aku juga lagi nyari novel ini sekrang. Udah pusing banget cari tpi nihil. Plis up lagi bab 2 nya, pengen banget baca😭😭

    BalasHapus
  2. Huaaaaaaa aku lahi nyari nyari novel ini😭😭😭 tapi belum ketemu juga, kalo ketemu itu juga udah habis😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

You are the reason - Calum scott

You Are The Reason Calum Scoot There goes my heart beating 'Cause you are the reason I'm losing my sleep Please come back now There goes my mind racing And you are the reason That I'm still breathing I'm hopeless now I'd climb every mountain And swim every ocean Just to be with you And fix what I've broken Oh, 'cause I need you to see That you are the reason There goes my hand shaking And you are the reason My heart keeps bleeding I need you now If I could turn back the clock I'd make sure the light defeated the dark I'd spend every hour, of every day Keeping you safe And I'd climb every mountain And swim every ocean Just to be with you And fix what I've broken Oh, 'cause I need you to see That you are the reason, oh (I don't wanna fight no more) (I don't wanna hurt no more) (I don't wanna cry no more) (Come back, I need you to hold me closer now)  You are the reas

Dilan 1991

Sinopsis Novel: Milea kembali bercerita tentang kisah percintaannya dengan Dilan. Seperti orang yang baru jadian pada umumnya, Milea mengalami masa yang indah di SMA sesudah resmi jadi pacar Dilan. Ketika guyuran hujan menerpa, Dilan menggunaka motor CB dengan Milea di belakangnya. Milea dengan erat memeluk Dilan. Mereka berdua jalan-jalan menyusuri Jl. Buah Batu sembari ketawa riang, itu semua berkat Dilan yang selalu membuat hari-hari Milea bahagia. Jawaban yang diberikan Dilan selalu saja membaut Milea tersenyum, Dilan pun termasuk orang yang cerdas dan pintar di kelasnya, buktinya dia selalu mendapatkan ranking satu atau dua. Meski Melia merasa khawatir dengan Dilan yang bergabung dengan geng motor, karena Melia takut terjadi hal yang buruk menimpa Dilan karena geng motor. Ketika itu, sekolah tidak ada kegiatan belajar mengajar sebab para guru sedang melakukan rapat untuk mempersiapkan pembagian rapor. Milea merasa tidak enak dengan kejadian Dilan berkelahi dengan

Pengertian dari Anonymity, Privacy, and Security Online

ANONYMITY Anonymity adalah proses menyembunyikan identitas seseorang yang sebenarnya di internet. Ibarat kata nih pengguna internet yang tidak mau privacy dan keamanannya terganggu dan akhirnya mereka menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya. Nah guys, banyak pengguna internet jaman now yang menyembunyikan identitas mereka pada saat surfing di internet, terutama generasi young (helah :D). Nih guys bisa dilihat pada grafik dibawah. Kenapa mereka memilih untuk menjadi anonymity? Banyak alasan mengapa para pengguna internet lebih memilih untuk menyembunyikan identitas mereka. (kalo generasi young mungkin karena people from your past ya alias mantan , uhuk). Nah pada grafik survey yang bisa kamu lihat dibawah, alasan yang paling banyak adalah untuk melindungi diri para pengguna internet dari hacker atau kriminal dunia maya. Yup, siapa juga sih yang mau informasi pribadi kita disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab? No one. Dan ada beberapa alas